Film Zootopia

Disney yakni pemain mantan pejuang untuk soal fabel alias dongeng binatang. Lihat saja karakter Mickey Mouse, ikon legendaris dari kerajaan bisnis Disney. Yang terkini, Walt Disney Animation Studios membawa sebuah mimpi utopis dalam fabel terbarunya: bahwa predator dan mangsanya bisa hidup bersama dengan tenteram sentosa. Sebuah Zootopia.

Di negeri antah berantah ini, bagus binatang bertaring pemakan daging atau herbivora yang memamah rumput, semua hidup berdampingan.

Tidak cuma itu, mereka juga mengenakan baju, menyetir mobil, dan bebas menjadi apa malah yang mereka mau.
Seperti seekor kelinci muda bernama Judy Hopps (Ginnefer Goodwin), mempunyai cita-cita tinggi, menjadi seorang polisi. Hanya saja, belum pernah seorang kelinci yang memilih profesi ini sepanjang sejarah Zootopia. Kelinci dianggap terlalu imut untuk menumpas para kezaliman.

Sesudah berhasil memperoleh profesi ini malah, Judy diremehkan oleh Kepala Kepolisian, Chief Bogo (Idris Elba). Untuk membuktikan crismonace.com bahwa dia mampu, Judy mengambil kasus hilangnya seekor naik darah-naik darah yang hilang. Taruhannya, apabila dia tak mampu mengatasi kasus ini dalam waktu 48 jam, dia mesti mundur dari kepolisian. Untuk mengatasi kasus ini, Judy terpaksa bekerja sama dengan musang penipu, Nick Wilde (Jason Bateman).

Sudah bisa diterka, Zootopia yakni film yang ramah bagi semua keluarga. Plot cerita dijadikan dengan sagat ringan, tak perlu berdaya upaya dikala menontonnya. Malah Anda tak perlu memusingkan apa yang dimakan para karnivora apabila semua mangsa menjadi tetangga mereka. Tinggalkan semua logika di luar gedung bioskop, dan nikmati saja yang tersaji di layar.

Soal visual, Zootopia termasuk jempolan. Palet warna yang dihadirkan di film ini malah tak pernah tidak hadir memanjakan mata. Begitu malah dunia Zootopia yang digarap dengan detail yang benar-benar kaya.

Rich Moore yang sebelumnya mengomandani produksi Wreck It Ralph dan Byron Howard yang dikenal melewati Tangled, berduet sebagai sutradara film ini. Mereka menghadirkan karakter lucu yang gampang saja mencuri perhatian penonton. Salah satu bintang dari ‘pemain pensupport’, yakni para kukang atau sloth, yang ditampilkan dengan stereotip binatang aslinya, bahwa binatang ini lelet separo mati.

Tidak cuma sensasi visual, skenario Zootopia juga renyah dan gampang ditelan. Cerita Judy dan Nick yang bermain ‘detektif -detektifan’ mencari sang penjahat—yang bahasa kerennya whodunit—diselipi dengan sejumlah twist sehingga tak terasa menjemukan.

Penonton dewasa malah tak perlu cemas akan mati bosan dengan lelucon-lelucon yang ditargetkan untuk buah hati kecil. Dalam Zootopia, terdapat sejumlah guyonan yang mengambil referensi dari tontonan yang akrab dengan penonton dewasa. Ada bos mafia yang mengingatkan pada sang Godfather, Don Vito Corleone. Ada pula sedikit parodi dari serial layar kaca Breaking Bad.

Meski kental dengan nuansa humor, Zootopia juga memotret satu kenyataan serius yang ada dikala ini. Perihal syak wasangka dan stereotip yang dikenakan pada golongan masyarakat tertentu. Dan bahwa ketakutan atas stereotip tersebut, benar-benar beracun dalam kehidupan bermasyarakat. Menemukan pesan serius dalam sebuah film kartun ramah keluarga seperti ini, yakni sebuah kejutan yang menyenangkan.

By admin 9