Cerita horor KKN.
Sudah satu bulan lebih saya tidak bertemu dengan rekan saya, Andik https://kejarittu.com/ namanya (bukan nama sebenarnya). Kami sama-sama aktif di sebuah organisasi primordial. Sebelumnya Andik telah pamit kepada saya, bahwa ia bakal melakukan pengabdian penduduk atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah daerah sepanjang satu bulan. Organisasi primordial daerah saya berorganisasi mengadakan kegiatan perayaan Maulid Nabi di sekretariat pada malam hari.
Banyak teman-teman saya yang termasuk datang, salah satunya Andik. Setelah kegiatan selesai, acara sesudah itu pasti saja makan-makan dan ngobrol ke sana ke mari. Andik yang duduk jauh berasal dari saya, lalu mendekat dan duduk di depan saya. “Saya beroleh pengalaman horor sepanjang KKN.
Bisa banget nih ditulis! Lebih seram berasal dari KKN Desa Penari, tetap ada yang ngikut,” ujarnya kepada saya. Saya cuma tersenyum kecut saja, gara-gara menulis hal-hal semacam itu perlu energi yang besar. Maka berasal dari itu saya tetap menimbang-nimbang jikalau bakal menulis kisah horor.
Mendadak kepala saya terasa pusing, tengkuk terasa berat, mata terasa perih, mengidamkan sekali muntah rasanya. Daripada berjalan hal yang tidak diinginkan, saya pun pamit pulang ke kosan. “Nanti saya kabari kamu lagi ya untuk beroleh cerita detailnya,” ujar saya kepada Andik. Keesokan harinya saya beraktivitas seperti biasa, berangkat ke kantor, dan telah mengabaikan perihal tadi malam.
Malamnya saya memutuskan untuk menginap di kantor, gara-gara telah terlampau larut malam dan tidak ada lagi kendaraan lazim ke kosan daerah saya tinggal. Selain itu termasuk besoknya weekend. Malam itu yang tidur di kantor bukan cuma saya saja, tetapi termasuk ada dua rekan saya.
Hingga jam perlihatkan pukul 3 dini hari, mata saya tak kunjung terlelap. Padahal badan telah terlampau lelah. Jam 3.30 pada akhirnya saya bisa tidur. Baru sebagian menit terlelap, saya langsung masuk ke di dalam alam mimpi. Dalam mimpi tersebut saya tidur di kosan, tangan saya dicengkeram oleh sosok tinggi-besar berwarna hijau.
Makhluk tersebut seperti hendak membawa saya. Terus saya berusaha untuk melawan, dengan pukulan disertai teriakan Allahu Akbar, pada akhirnya saya bisa terlepas berasal dari cengkeraman makhluk tersebut. Ketika saya lihat jam di handphone, ternyata baru perlihatkan jam 3.45. Keesokan harinya saya nge-chat Andik, agar nanti malam ia singgah ke kosan.
Teror di dalam Mimpi Saya berharap Andik untuk singgah ke kosan saya jam 9 malam.
Namun, sampai jam perlihatkan pukul 10, ia tak kunjung datang. Ia baru singgah jam 10.30. Katanya gara-gara ada rekan yang datang. Lalu saya bertanya apakah ia dulu mengalami ketindihan atau rep-repan sepanjang KKN? Ia menjelaskan pernah, di mana nyawanya hendak ditarik ke sebuah tempat. Kemudian saya berpikir, apakah mimpi yang saya alami semalam ada korelasinya dengan perihal yang dialami oleh Andik? Entahlah.
Ia menceritakan setelah pulang berasal dari KKN, kerap ada suara perempuan tanpa wujud yang memanggil namanya, sebuah suara yang termasuk dulu ia dengar tatkala KKN.
Bukan cuma nama, tetapi termasuk ajakan “sini mampir”. Hal tersebut menyebabkan dirinya bertanya-tanya, apakah ia halusinasi atau jangan-jangan hantu berasal dari daerah ia KKN ikuti dirinya. Lebih lanjut ia menceritakan perihal yang dialami kala baru saja sampai tempat tinggal selepas KKN.
Sesampainya di rumah, Andik langsung tertidur. Ketika bangun tidur badannya terasa tidak enak. Feeling-nya menjelaskan ada sebuah hal yang berjalan pada salah satu rekan KKN-nya yang bernama Siti. Bergegas ia langsung menelepon Siti. Bisa dikatakan Andik ini cinlok dengan Siti.Siti menceritakan bahwa di tempat tinggal kondisinya drop. Ditambah lagi dengan mimpi yang ia alami, menyebabkan ia tetap kepikiran dengan mimpi tersebut, bingung sudi cerita ke siapa.
Lalu, Siti pun menceritakan mengenai mimpi yang ia alami di rumah. Dalam mimpinya, ia dengan dengan ibunya dikejar oleh cewek. Dalam mimpi tersebut Siti muntah paku dan rambut. Kemudian—masih di dalam mimpi itu—jalan yang ia lewati banjir. Setelah menceritakan mimpi tersebut kepada dirinya, Andik menjelaskan keadaan Siti telah membaik. Ia tidak terasa kegalauan lagi.
Siti termasuk menceritakan kepada Andik mengenai perkataan berasal dari kerabatnya yang punyai kapabilitas spesial, bahwa jikalau tidak ada Andik sebuah hal yang parah bisa saja menimpa group KKN. KKN yang dilakukan oleh Andik tidak cuma berasal berasal dari satu kampus, tetapi banyak variasi kampus. Awalnya tidak ada hal-hal aneh yang terjadi. Seperti halnya KKN pada umumnya, perkenalan rekan satu kelompok, berangkat ke lokasi KKN, beroleh sambutan berasal dari kepala desa.
Salah satu program yang dilakukan oleh Andik adalah dakwah. Langkah pertama sebagai ketua group adalah menemui tokoh setempat yang mengampu pengajian. Ditemuilah tokoh tersebut di rumahnya peranan mengemukakan rancangan kajian. Namun, tokoh secara tidak langsung menampik kajian tersebut. “Kalaupun kami tidak boleh isi pengajian, izinkan kami untuk ikut,” demikianlah ujar Andik.
Keesokan harinya tokoh tersebut, mengutus salah satu muridnya untuk menemui Andik. Murid tersebut mengemukakan bahwa sepanjang ada mahasiswa KKN, pengajian bakal diliburkan. Hal tersebut pasti saja menyebabkan Andik terheran-heran.
Kesurupan Setiap Malam Andik menceritakan bahwa tiap-tiap malam, salah satu bagian kelompoknya, perempuan bernama Deta (bukan nama sebenarnya) selalu mengalami kesurupan. Andik tidak sudi berspekulasi, tetapi Deta terasa kesurupan sejak ia menemui tokoh tersebut. Beberapa hari sebelum akan kepulangan barulah Deta tidak kesurupan lagi.
Pas malam pertama kesurupan, yang merasuk mengaku berasal dari hutan samping belakang posko. Setiap kali Deta kesurupan Andik yang menyadarkannya dengan membaca doa, dibantu bagian group lain. “Saya ini berasal dari hutan samping belakang.
Saya ini tidak suka kedatangan kalian, gara-gara mengganggu, berisik. Jangan berisik kala malam,” ujar sosok yang merasuki Deta. Keesokan harinya setelah berasal dari pantai, Dita nampak berasal dari posko berlari seorang diri, lalu dikejar. Begitu dibawa masuk, ia langsung kesurupan. “Kalian ini lemah, kalian nggak bakal kuat,” demikianlah yang diucapkanlah oleh sosok yang merasuki Dita.
Malam harinya Dita lagi kesurupan. Kali ini ancaman yang diucapkan lebih memahami lagi, bahwasanya ia benci mirip Andik, gara-gara ia kuat. kehadiran dia mengganggu dukun. Andik pun semakin bingung apa yang sebenarnya terjadi. Ia pun berharap teman-temannya untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun, gara-gara bisa ruwet.
Lalu, keesokan harinya sebagai ketua kelompok, Andik dipanggil oleh kepala desa. Kepala desa menjelaskan dirinya beroleh laporan berasal dari lembaga yang menaungi KKN mengenai teror yang dialami oleh group KKN di desanya.
“Katanya ada penduduk yang nggak suka dengan kalian?” bertanya kepala desa. Andik pun menjawab bahwa tidak ada perihal apa-apa. Ia menjelaskan bahwa barangkali ada kesalahpahaman, dan ia bakal bertanya kepada anggotanya.
Sepulang berasal dari balai desa, Andik bertanya apakah ada yang melapor. Ternyata salah satu anggotanya sebenarnya melaporkan perihal yang dialami oleh group KKN. Malam harinya Deta lagi kesurupan. Kali ini disertai dengan amukan. “Tuan saya ini benci mirip kamu. Lebih baik kamu pulang sekarang, atau nggak bisa pulang,” ancamnya.
Setan yang merasuki Deta mengungkap bahwa ada sosok bersorban putih yang selalu melindungi Andik berasal dari gangguan-gangguan setan di sekitar.
Malam seterusnya Deta termasuk lagi kesurupan.
Kali ini badannya kaku. Setelah dibacakan doa, sembuh, lalu kesurupan lagi. Di situlah Andik baru memahami ternyata Deta punyai kapabilitas pribadi yakni jadi mediumitator. Pada keesokan harinya sampai menjelang malam, Deta hilang. Warga dan bagian group KKN dikerahkan untuk mencarinya. Segala daerah telah ditelusuri, tetapi ia tidak ditemukan.
Tetapi ada satu daerah yang belum diperiksa yakni hutan samping belakang posko. Maka dua orang bagian KKN yakni Aqal dan Aqil ditemani seorang warga setempat masuk ke di dalam hutan tersebut. Masuklah mereka ke di dalam hutan tersebut.
Dengan mata langsung tepat di hadapan mereka, mereka lihat Deta langsung lompat ke jurang yang tidak terlampau dalam. Dibawalah Deta naik. Untungnya tidak berjalan apa-apa, cuma lecet-lecet dan keseleo. Dibawalah Deta lagi ke posko.
Kemudian Andik mengobrol dengan sebagian warga, para warga menjelaskan ada satu pantai terlarang yang telah dikunjungi oleh sebagian bagian KKN. Pantai tersebut boleh dikunjungi tetapi wajib didampingi oleh warga lokal.
Bergegas Andik lagi ke posko dengan maksud bertanya siapa yang telah berkunjung ke pantai tersebut. Sebelum Andik mengemukakan maksudnya, Deta langsung kesurupan, dan ia memperkenalkan diri sebagai penjaga gerbang pantai, ia terasa terganggu dengan kedatangan tiga orang ke wilayahnya. Ia mengancam bakal menyebabkan tiga orang tersebut, tidak tenang hidupnya.
“Janganlah, ketiga orang tersebut tidak memahami jikalau itu pantai terlarang,” ujar Andik. Lalu Andik bertanya apa yang wajib dilakukan. Makhluk penjaga pantai itu menjawab bahwa ketiga orang tersebut wajib berharap maaf. Lalu Andik bertanya kepada anggotanya siapa yang berkunjung ke pantai tersebut. Akhirnya mengakulah tiga orang mahasiswi. Andik pun berharap kepada ketiga orang tersebut untuk berharap maaf.
Awalnya ketiga orang tersebut tidak sudi berharap maaf, pada akhirnya sudi untuk berharap maaf. Begitupun dengan makhluk penjaga pantai, ia tidak sudi terima permintaan maaf. Setelah didesak oleh Andik berkaitan janjinya untuk terima permintaan maaf, pada akhirnya ia sudi untuk memaafkan.
Ketiga mahasiswi tersebut dipanggil untuk masuk, tetapi sebelum akan itu makhluk penjaga pantai yang merasuki tubuh Deta menjelaskan “Nanti dulu!” sambil melirik ke samping. Ketiga mahasiswi tersebut masuk ke di dalam dan berharap maaf. Tak berselang lama Deta lagi kesurupan lagi. Tetapi kali ini makhluk yang mirip di malam-malam sebelumnya. “Apa yang dilakukan oleh kalian pasti bakal diketahui oleh tuan saja,” ujarnya.
Andik penasaran sebenarnya apa sih yang terjadi. Setelah ia tanya-tanya ternyata dahulu waktu ada perampok berasal dari Madura yang singgah ke desa tersebut dan menjarah. Andik menerka apa barangkali itu penyebabnya, gara-gara ia punyai darah Madura berasal dari ayahnya.
Sesampainya di rumah, ia tetap beroleh teror suara perempuan yang memanggil namanya. Suara yang mirip identik ia dengar di daerah KKN. Akhirnya saya bertanya apakah ia membawa sesuatu berasal dari daerah KKN. Ia menjawab iya. Ia membawa gelang. “Gelang kayu itu saya membuat sendiri, bukan menyita atau nemu,” ujar Andik. Andik termasuk menceritakan bahwa rekan KKN-nya yang bernama Siti, yang diceritakan di awal dikirimi pelet oleh sesama rekan KKN.